Latest News :
Home » » SYNOPSIS OF MALIN KUNDANG

SYNOPSIS OF MALIN KUNDANG

{[['']]}


SYNOPSIS OF MALIN KUNDANG
 A long time ago there was a mother. She had a son named Malin Kundang. She was widower, her husband left her when Malin was baby. He went to foreign to work, but never came back again. Malin and his mother lived on the near from coast. His mother loved him very much because he was an only her son. She worked hard to make a live her son. When Malin was child, he was smart boy, but he was rather naughty. He had an usual that He liked to chase a chicken. One day he fell, because he chased a chicken. His arm right hurt, then his injury became scar that couldn’t lose.

Dahulu kala hiduplah seorang ibu. Dia mempunyai anak yang bernama Malin Kundang. Dia adalah seorang janda, suaminya meniggalkanya ketika Malin masih bayi. Dia pergi ke negeri sebrang untuk bekerja tapi dia tidak pernahkembali lagi. Malin dan ibunya tinggal di dekat tepi pantai. Ibunya sangat mencintainya karena dia adalah anak satu – satunya. Dia bekerja keras untuk menghidupi putranya. Ketika Malin masih kecil dia adalah anak yang pintar tapi agak nakal. Dia mempunyai suatu kebiasaan, dia suka mengejar – ngejar seekor ayam. Suatu hari dia terjatuh, karena mengejar seekor ayam. Lenganya terluka, kemudian luka itu menjadi belang yang tidak bisa hilang.

When Malin was adult, he wanted to help his mother to make a life him self and his mother because Malin thought that his mother was old, and meanwhile their economic condition was worse. Malin had a plan that he would leave his mother to work in foreign. He thought that if he worked in foreign he could improve his life with his mother. His mother didn’t agree with Malin’s planning. She was very afraid with him because, his mother remembered about her husband. He left her to work in foreign, but he didn’t come back anymore.

Ketika Malin sudah dewasa, Malin ingin membantu ibunya untuk menghidupi dirinya sendiri dan ibunya, karena Malin berfikir ibunya sudah tua, sementara itu keadan ekonomi mereka semakin memburuk. Malin mempunya sebuah rencana, dia ingin meninggalkan ibunya untuk bekerja di negeri sebrang. Dia beranggapan bahwa jika dia bekerja di sana dia dapat memperbaiki kehidupanya dengan ibunya. Ibu Malin tidak menyetujui rencana malin. Dia mengkhawatirkan dia karena, dia ingat tentang ayah Malin. Ayah malin minggalkan dia untuk bekerja di negeri sebrang, tapi dia tidak pernah kembali lagi.

Malin asked his mother persistently in order to she agreed his planning. Because the economic condition of their family was worse, finally his mother agreed with Malin’s planning.

Malin meminta terus menerus kapada ibunya agar ibunya meretui rencananya. Karena keadaan ekonomi keluarga mereka semakin buruk, akhirnya ibu Malin menyetujui rencananya.

Malin went to foreign with the merchant ship. When he was in the merchant ship, he studied much navigation with sailors. Suddenly on the voyage, the merchant ship was attacked by pirates. They took all of merchandises. Some persons were killed by pirates, but Malin was not killed, because Malin hide on a wood box.

Malin pergi kenegeri sebrang dengan menggunakan kapal dagang. Ketika Malin di Kapal itu dia belajar banyak ilmu pelayaran dengan para pelaut. Tiba – tiba diperjalanan, kapal dagang itu dibajak oleh para bajak laut. Mereka mengambil semua barang dagangan. Beberapa orang dibunuh oleh mereka, tapi malin tidak dibunuh, karena Malin bersembunyi di sebuah kotak kayu.

Malin floated on the sea, and then he went aground on side of a beach in an island. There was a village near the beach, and then Malin go there. The village was very fertile. Malin worked hard in the village as farmer, as long as he became rich person. He married with a girl, and he had 2 sons. He had many merchant ships, and more than 100 helpers. His mother knew that her son had success. Everyday she waited Malin on the side of the beach near from her house. She hoped Malin would be back for her.

Malin terkatung – katung di laut, dan kemudian dia terdampar ditepi pantai di sebuah pulau. Ada sebuah desa dekat pantai, kemudian Malin menuju desa itu. Desa itu sangat subur. Malin bekerja keras di desa itu sebagai petani, lama kelamaan malin menjadi orang kaya. Dian menikahi seorang gadis dan mempuyai 2 anak. Dia juga mempunyai banyak kapal dagang dan lebih dari 100 pembantu. Ibunya tau malin telah menjadi sukses. Setiap hari dia menunggu di tepi pantai dekat rumahnya. Dia berharap Malin akan kembali untuknya.

One day Malin with his family and helpers sail to go to an island which his mother lived. At the moment Malin’s mother was waiting for her son, then she looked a ship. She guessed that was Malin’s ship. After the ship went aground, she walked to the ship, and then she saw his son. She was very certain that he was her son because, she saw his arm right had a scar like Malin’s scar. She said “Malin, my son I am your mother, I had waited a long time for you”, Malin asked “Who are you? I don’t know you”, Malin’s mother said again “I am your mother son, don’t you remember?” Malin’s mother was sad because her son didn’t admit her as his mother. Malin’s wife asked to Malin “is she you mother right?” Malin answer “No, I know she is just beggar who want to lie to me to get all of my wealth”. Malin said like that because he was shy with his wife and children that his mother is poor people.

Suatu hari Malin dengan keluarganya serta pembantu – pembantunya pergi ke sebuah pulau tempat tinggal ibunya. Pada saat itu juga ibu Malin sedang menunggu putranya, kemudian dia melihatsebuah kapal. Dia berprasangka itu adalah kapal Malin. Setelah kapal itu mendarat, dia berjalan mendekati kapal itu, dan kemudian dia melihat anaknya. Dia sangat yakin dia adalah Malin karena dia melihat lengan kananya mempunyai bekas luka seperti belang Malin. Dia berkata “Malin, putraku aku ibumu, aku telah menunggumu sangat lama”. Malin bertanya ‘siapa kamu?saya tidak mengenalmu”, kemudian ibu Malin berkata lagi “ aku ibumu nak, tidakkah kamu ingat?” ibunya sangat sedih sedih karena anaknya tidak mengakui dia sebagai ibunya. Istri Malin bertanya pada Malin “ benarkah dia ibumu Malin?” Malin menjawab “bukan, aku tau dia hanyalah pengemis yang ingin membohongiku untuk mendapatkan semua kekayaanku”. Malin mengatakan seperti itu karena dia malu kepada istri dan suaminya bahwa ibunya adalah orang miskin.

His mother was very sad and angry because her son was rebellious to her, so his mother put a curse Malin to becoming stone. When Malin would be sailing to live her mother, suddenly a storm broke Malin’s ship. Then Malin became stone. His wife, his sons, and his helpers died. Now stone of Malin is still on the Ain Manih beach, in Padang, West Sumatra.

Ibuya sangat sedih dan marah karena anaknya telah durhaka kepadanya, maka ibunya mengutuk Malin menjadi sebuah batu. Ketika Malin akan sedang berlayar meniggalkan ibunya, tiba – tiba sebuah badai menghancurkan kapal Malin. Kemudian Malin menjadi sebuah batu. Isti dan anak – anaknya serta pembantu – pembantunya mati. Sekarang batu dari Malin Kundang masih di pantai Ain Manih, di Padang, Sumatra Barat

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Lisa Aldhionita Template | Lisa Aldhionita
Copyright © 2014. Welcome in My Blog - All Rights Reserved
Created by Creating Website Published by Lisa Aldhionita
Proudly powered by Blogger